Rencana Indonesia untuk mengembangkan energi nuklir menarik perhatian sejumlah media asing. Mereka menyoroti langkah pemerintah sebagai lompatan strategis yang bisa mengubah arah kebijakan energi nasional di tengah krisis iklim global.
Pemerintah Indonesia melalui Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan Kementerian ESDM sedang menyiapkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Tanah Air. Mereka menargetkan proyek ini sebagai bagian dari transisi energi menuju emisi nol bersih (net zero emission) pada 2060.
Media internasional seperti Reuters, The Diplomat, dan Nikkei Asia aktif meliput perkembangan ini. Mereka mencatat bahwa Indonesia, sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, memiliki kebutuhan energi yang terus meningkat. Dalam pandangan mereka, nuklir menjadi solusi potensial yang bisa menekan ketergantungan Indonesia terhadap batu bara.
Tak hanya itu, posisi geopolitik Indonesia juga membuat isu ini makin menarik. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok menunjukkan minat bekerja sama dalam pengembangan teknologi nuklir di Indonesia. Beberapa media asing melihat langkah ini sebagai bagian medusa 88 dari perebutan pengaruh di kawasan Indo-Pasifik.
Namun, mereka juga mencatat tantangan serius yang dihadapi Indonesia, seperti minimnya infrastruktur, kekhawatiran publik terhadap keselamatan, dan perlunya regulasi yang ketat. Media asing menyoroti bahwa Indonesia harus membangun kepercayaan publik dan memastikan proyek ini transparan serta sesuai standar internasional.
Perhatian global terhadap rencana nuklir Indonesia menunjukkan bahwa kebijakan energi kini bukan hanya soal kebutuhan domestik, tetapi juga menyangkut posisi strategis Indonesia di mata dunia.